Selasa, 29 Mei 2012

Sejarah Dan Perkembangan Agama Tao Di China




Taoisme sebagai organisasi keagamaan muncul di Cina pada abad ke – 2M. Namun sebelumnya Taoisme dipraktekan secara turun temurun oleh orang – orang Cina sejak Lao –tse meninggalkan ajarannya untuk kepentingan orang – orang yang membutuhkannya. Taoisme salah satu dari agama pribumi orang china dan ajaran – ajarannya diambil dari tradisi klasik termasuk Huang – Lao, suatu tradisi yang diajarkan setelah Huang di ( cerita raja kuning ), Lao – tzu dan diikuti oleh para pengikut – pengikutnya yang setia selama dinasti Han yang berkuasa di bagian barat china ( 206 SM – 24 M ), sampai sekarang ini.[1]
Taoisme sekarang di Cina dibagi dalam dua sekte besar, yaitu :
1.      Taoisme Perdamaian Besar ( Taoism Of Great Peace )
2.      Taoisme Lima Gantang Beras ( Five Bushels Of Rice )
Tapi hanya taoisme lima gantang beras yang dapat hidup dan berlangsung sampai sekarang ini, sedangkan taoisme perdamaian besar dilarang oleh penguasa – penguasa feudal, mungkin organisasinya atau ajaran – ajarannya dianggap dapat membahayakan kepentingan Negara China. Sebagaimana kita ketahui bahwa China dikuasai oleh komunis dan keyakinan keagamaan penduduk sangat dikontrol oleh pemerintah.
Ada tiga buah buku yang penting bagi para penganut Tao, yaitu :
-          The Book of The Way Power ( Tao Te Jing)
-          The Book of Chuangtzu
-          The Book Great Peace
Lao – tzu yang pertama kali mendirikan sekolah Qin Taoist, dipuja sebagai nenek moyang Taoisme, dan ide mengenai jalan ( Tao ) yang terdapat dalam The Book of The Way Power merupakan dasar dari Agama. Para pengikut Taoisme meyakini bahwa jalan ( Tao ) asal mula dari alam dan menciptakan semua makhluk – makhluk hidup, oleh karena itu mereka memuja semua yang hidup di alam dan segala sesuatu yang lain yang diciptakan oleh alam.
Pada abad ke 12, Taoisme sedikit demi sedikit dibagi dalam du bagian yaitu : Taoisme Chuan – Chen dan Taoisme Cheng – i. Pendeta – pendeta dari Taoisme Chuan – Chen meninggalkan keluarga mereka dan hidup di klenteng – klenteng atau wihara – wihara. Mereka tidak makan daging – daging dan hidup dengan penuh kesederhanaan untuk menjadi abadi. Banyak pendeta Taoisme Cheng – I hidup dengan keluarganya dan tidak menolak makan daging, dan umumnya mereka membantu orang lain untuk mendapatkan keberuntungan dan menjauhkan diri dari hal – hal yang jelek.
Pada masa sekarang terdapat tidak kurang dari 1600 klenteng Tao di China, dan lebih dari 25.000 rumah – rumah pendeta dan pendeta wanita Tao yang setiap hari mengabdikan dirinya untuk kepentingan agama maupun pelayanan pada umat Tao yang membutuhkan pertolongannya.
Organisasi Tao di China mempunyai sebuah jurnal yang diberi nama China Tao ( Tao orang China ) yang diterbitkan beberapa bulan sekali yang diedarkan ke rumah – rumah, terutama para penganut Tao yang berlangganan, dan keseluruh dunia. Dengan diterbitkannya jurnal agama Tao ini, maka para penganut agama Tao di seluruh china dan dunia dapat mengetahui perkembangan agama tao setiap tahunnya di china.
Perkembangan Agama Tao Di Indonesia
Pada zaman orde baru, agama Tao terbelenggu oleh pemerintah. Tidak boleh ada yang berbau Tao, termasuk juga tradisi – tradisi agama Tao, seperti Tahun baru imlek dan upacara – upacara ritual keagamaan, dan lain sebagainya. Akibatnya generasi yang lahir pada zaman orde baru itu menjadi kehilangan identitas dan tidak tahu lagi apa agama Tao itu sebenarnya, dan masyarakat yang menganut agama tao pada saat itu diminta untuk pindah ke agama lain, dan hanya tinggal tersisa sedikit orang yang masih setia menganut agama Tao, meski tidak secara terbuka.
Akibatnya ketika saat sekarang ini generasi – generasi muda ( khususnya orang Tionghoa beragama Tao ) yang identitasnya sudah dihilangkan menjadi tidak mengerti, dan orang tua yang hidup dan membawa agama tao ke Indonesia sudah pada meninggal dan tidak mewariskan kepada anaknya, menjadi tidak tahu juga tentang agama tao.
Praktek keagamaan Tao
Berikut adalah beberapa praktek keagamaan Tao:
  • Asal Usul Adanya Sam Seng Dan Persembahan Pada Dewa
  • Yin Shen Jie Fu [Ying Sen Ciek Fuk]
  • Upacara Pernikahan
  • Upacara Kematian
Asal Usul Adanya Sam Seng Dan Persembahan Pada Dewa
 Pada jaman dahulu sudah banyak orang-orang yang datang ke klenteng mencari Tao Se - Tao Se (Guru-guru Tao) untuk meminta bantuan atau pertolongan. Ada yang menanyakan nasib dan jodoh mereka, dan ada juga untuk penyembuhan penyakit-penyakit serta meminta obat-obatan. Tetapi pada bulan-bulan tertentu Tao Se - Tao Se itu tidak ada di klenteng karena mencari obat-obatan di hutan atau di pegunungan, seperti ginseng, jamur, dan lain-lainnya. Dalam pencarian obat ini dibutuhkan waktu berbulan-bulan lamanya.
Untuk itu para Tao Se membuat Sam Seng supaya masyarakat atau orang-orang yang datang dari jauh tidak kecewa karena Tao Se nya tidak berada di tempat. Masyarakat yang tertolong kemudian membawa oleh-oleh untuk Tao Se - Tao Se tersebut sebagai tanda terima kasih. Karena Tao Se - Tao Se tidak berada di tempat, maka diletakkan di atas meja sembahyang. Ada juga yang datang membawa persembahan kepada Dewa. Dari sinilah timbulnya kebiasaan mempersembahkan sesuatu kepada Dewa. Pemberian persembahan kepada Dewa ini kemudian menimbulkan persaingan di antara masyarakat itu sendiri, sehingga timbullah persembahan Sam Seng.
Di mana menurut pandangan masyarakat waktu itu Sam Seng mewakili 3 jenis hewan di dunia, yaitu babi untuk hewan darat, ikan untuk hewan laut, dan ayam untuk hewan udara. Demikianlah persembahan ini berlangsung secara turun-menurun sampai sekarangpun masih ada. Dalam Tao, Sam Seng tidak digunakan sebagai persembahan kepada Dewa.  Jadi cukup dengan buah-buahan saja, antara lain: apel, pear, jeruk, anggur, dll. Yang penting adalah buah-buahan yang segar dan tidak berduri serta serasi dipandang mata. 
Yin Shen Jie Fu [Ying Sen Ciek Fuk] - Sembahyang Tahun Baru Imlek
 Biasanya satu minggu sebelum tanggal satu bulan satu Imlek, yang sudah berumah tangga, semua anggota keluarga membersihkan rumah secara keseluruhan. Semua Hu yang sudah berubah warna (agak keputihan) dilepas dan diganti dengan baru, Hu yang lama dibakar. Meja sembahyangan dibersihkan, patung-patung Dewa Dewi diturunkan, dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air bunga agar bersih dan wangi. Nah meja sembahyangan dan patung-patung ditata kembali dengan rapi dan siap menyambut tahun baru.
f. Upacara Pernikahan.
Dalam kehidupan seseorang, suatu pernikahan merupakan saat-saat yang penting dan tidak terlupakan. Sepasang calon pengantin akan dengan penuh semangat menyiapkan segala sesuatu untuk hari bahagia tersebut. Tentu saja hal ini memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, tetapi walaupun lelah, pada wajah mereka tersirat harapan akan kebahagiaan. Harapan-harapan itulah yang membuat mereka berdua mempunyai keinginan agar kebahagiaan mereka tersebut dapat disaksikan dan disahkan, serta direstui oleh Thian dan para Dewa. Rasanya lebih mantap. Maka kemudian timbul berbagai upacara sembahyang di hari pernikahan, baik yang sederhana - sembahyang di rumah menghadap langit sebelah timur dengan sebuah hio diatas kepala - sampai pernikahan yang diadakan di Taokwan atau Kelenteng, tentu saja dengan berbagai pernak-perniknya.
Adat upacara kematian Taoisme dilatar belakangi hal-hal berikut:
Mereka mempercayai bahwa dalam relasi seseorang dengan Tuhan atau kekuatan-kekuatan lain yang mengatur kehidupan baik langsung maupun tidak langsung, berlaku hal-hal sebagai berikut:
a.       Adanya reinkarnasi bagi semua manusia yang telah meninggal (cut sie)
b.      Adanya hukum karma bagi semua perbuatan manusia, antara lain tidak mendapat keturunan.
c.       Leluhur yang telah meninggal (arwah leluhur) pada waktu-waktu tertentu dapat diminta datang untuk dijamu (Ce’ng be’ng)
d.      Menghormati para leluhur dan orang pandai (tuapekong)
e.       Kutukan para leluhur, melalui kuburan dan batu nisan yang dirusak (bompay)
f.       Apa yang dilakukan semasa hidup (di dunia) juga akan dialami di alam akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar