Selasa, 29 Mei 2012

Etika dalam agama Khonghucu




Etika dalam pengertian Umum  (Ensklopedia Indonesia 1980), etika diartikan sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Sedangkan Professor Dr. lin Yu Tang, dalam bukunya yang berjudul  “My Country and  My People”, 1936, mengartikan bahwa moral konfusiani itu sebagai  “Upaya manusia untuk memperoleh kebijakan dalam garis-garis kebijaksanaan dan berperilaku sebagai raja.
Untuk mengenal  ajaran etika Khonghucu secara mendalam, maka kita harus mengenal apa yang disebut dengan San Kang (tiga hubungan tata karma), Ngo Lun (Lima norma kesopanan dalam masyarakat ), Pa Te (Delapan sifat mulia atau delapan kebijakan ), pentingnya nilai belajar bagai manusia dan etika terhadap makluk halus.
1.         San kang (tiga hubungan tata karma)
Pengertian dari San Kang atau tiga hubungan tata karma ini adalah :
a.      Hubungan raja dengan menteri atau atasan dengan bawahan
Ungkapan khonghucu :
            “seorang raja memperlakukan mentrinya dengan Li  (kesopanan atau penuh dengan budi pekerti  yang baik). Seorang mentri mengabdi kepada raja dengan kesetiaannya.” (Lun Gi  III: 19)
            Perkataan khonghucu diatas menggambarkan bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan haruslah dapat menghormati atasannya sebagai mana layaknya seorang atasan.
b.      Hubngan orang tua dengan anak
Khonghucu juga membicarakan tentang hubungan bapak dengan anak-anaknya, dan juga sebaliknya hubungan anak dengan orang tuanya.
Perkataan khonghucu :
            “ Raja berfungsi sebagai fungsi, menteri  berfungsi sebagai  menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi XII: II) Perkataan khonghucu di atas menggambarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari , seseorang harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik.
 c.       Hubungan suami dengan istri
Bagi Khonghucu hubungan suami  dengan istri haruslah juga didasarkan pada sifat-sifat baik dan terpuji. Seorang suami haruslah dapat menghormati  istrinya dan begitu juga sebaliknya.  Hal ini dapat dilihat dari kata-kata Mencius di bawah ini :
            “Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”. (Mencius III, 2;2) istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap printah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar  perintah suaminya.
Jika seorang istri dapat menuruti perintah suaminya, bukan berarti suami dapat berbuat sekehendak hatinya, namun suami hendaklah dapat berbuat yang terbaik untuk istrinya. Bagi khanghucu sebaiknya suami bersikap sebagai seorang kuncu (manusia budiman) yang dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
2.      Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat)
Ngo Lun itu juga disebut sebagai Wu Luen, yang artinya juga “lima norma kesopanan dalam masyarakat”. Baik Ngo Lun, maupun Wu Luen, mempunyai arti yang sama.
            Dalam San Kang dibicarakan tentang: (1) Hubungan raja dengan menteri atau hubungan atasan dengan bawahan, (2) Hubungan Ayah dengan anak, (3) hubungan suami dengan istri. Dalam Ngo Lun, ketiga hubungan tersebut ditambah dengan dua hubungan lagi yaitu : (1) Hubungan saudara dengan saudara dan (2) Hubungan teman dengan teman.
a.      Hubungan saudara dengan saudara
perkataan Khonghucu tentang hubungan saudara dengan saudara:
            “Seorang muda, di rumah hendaklah erlaku bakti, di luar (rumah) hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I:6)
Perkataan khonghucu diatas tidak secara jelas menerangkan hubungan antara saudara dengan saudara, khonghucu mengatakan “Seorang muda, di rumah hendaklah adil…” perkataan ini bisa diartikan khonghucu menekankan dalam kehidupan berkeluarga sbaiknya yang tua (saudara yang tua) hendaklah menghormati yang muda (saudara yang muda).
b.      Hubungan teman dengan teman
Khonghucu mengatakan :
            “Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga seorang sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang  sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik, dan hanya pandai memutar lidah akan membawa celaka. (Lun Gi, XIV : 4)
Sahabat yang member manfaat itu menurut khonghucu bukanlah dilihat dari besar kecilnya materi yang dimilikinya, tapi yang terpenting adalah sahabat yang memiliki pengetahuan yang banyak. Pengetahuan bagi khonghucu adalah penting, sebab dengan pengetahuan yang banyak, orang dapat membentuk manusia yang bodoh menjadi pintar, miskin menjadi kaya, terbelakang menjadi maju, dan lain-lain.
3.      Sifat-sifat mulia dalam ajaran  khonghucu
1)      Wu Chang (lima sifat yang mulia)
a)      Pengertian  Ren/Jin/Jen: (cinta kasih) 
Ketika Hwan-Thi (murid Konghucu) bertanya tentang cinta kasih (perikemausiaan), khonghucu menjawab : “prikemanusiaan (cinta kasih) itu dapat trwujud dengan jalan mencintai orang lain.” (Lun Gi XII,22). Hwan-thi bertanya lagi tentang kebijaksanaan, dan khonghucu menjawab: “kebajikan itu adalah seseorang yang dapat mengenal orang lain”. (Lun Gi XX, 22:2)
b)     Pengertian I/Gi
Chau Ming, mengartikan  I atau Gi, sebagai rasa solidaritas, rasa senasib-sepenanggungan dan rasa membela kebenaran. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikan i atau gi sebagai “keadilan” dan “kebenaran”. Hal ini dapat terlihat dalam khonghucu, “seorang Kuncu(manusia budiman) hanya mengerti akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan keuntungan.” (Lun Gi IV: 16).
Menurut khonghucu , keberanian harus disertai dengan kebenaran (I/Gi), kebenaran harus diletakan diatas keberanian.
c)      Pengertian Li/Lee
Pengertian Li menurut khonghucu adalah “sopan-santun” dan “tata krama” atau “budi pekerti”. Suatu hubungan yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li. Li adalah suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Khonghucu mengartikan Li ini sebagai “ritus” atau “upacara”.
d)     Pengertian Ce/Ti (bijaksana) 
Konsep kebijaksanaan menurut khonghucu :
“bila kita melihat orang yang bijaksana, kita harus berusaha menyamainya. Bila kita melihat orang yangb tidak bijaksana kita harus memeriksa dan melihat dalam diri kita sendiri”. (Lun Gi IV:17)
Dari perkataan diatas khonghucu sangat menekankan pentingnya sikap Ti atau Ce, karna sikap itu dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi seseorang.
e)      Pengertian Sin
Sin artinya “dapat dipercaya”. Seseorang tidak hanya percaya pada dirinya sendiri tapi juga harus dapat dipercaya oleh orang lain.  Menurut khonghucu, Sin mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, tanpa Sin  seseorang tidak banyak mempunyai arti dalam masyarakat.

2)      Pengertian Pa Te (delapan sifat mulia)
a)      Siau/Hau
Siau/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus terhadap orang tua, guru, dan leluhur. Seorang anak harus dapat berbakti kepada orang tuanya , baik orang tuanya masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
b)     Thi/Tee
Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua diantasa saudara. Maksudnya dalam kehidupan rumah tangga seorang adik harus menghormati kakanya. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, yang muda menghormati yang tua.
c)      Cung/Tiong
Cung atau Tiong,  dapat diartikan sebagai setia terhadap atasan, setia terhadap teman dan kerabat.
d)     Sin
Sin dapat diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau menepati janji, orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan dibenci oleh orang lain.
e)      Lee/Li
Lee atau Lee dapat diartikan sebagai sopan santun, tatak rama dan budi pekerti.
f)       I/Gi
I/Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup.
g)      Lien/Liam
Lien/Liam dapat diartikan memperaktekan cara hidup yamg sederhana dan tidak melakukan penyelewengan.
h)     Che/Thi
Che/Thi diartikan dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak moral.
3)      Chun Tzu atau kuncu menurut pandangan konghucu
Setelah seseorang dapat melaksanakan San Kang, Ngo Lun, Wu Chang, dan Pa Te. Maka ia akan sampai pada pengwrtian manusia yang ideal yang oleh khonghucu disebut Chun Tzu atau  kuncu (manusia budiman). Ini dapat di wujudkan melalui pengembangan watak dan moral yang baik berdasarkan ajaran khonghucu.



AJARAN KHONGHUCU TENTANG TUHAN, KEIMANAN DAN HIDUP SETELAH MATI


Ajaran Tentang Tuhan 
 Agama kongfutzu, atau biasa dibunyikan dengan Kong Hu Cu, di kaitkan dengan nama pendiri agama ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada yang menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze bukanlah suatu agama melainkan hanyalah ajaran tentang nilai-nilai (Ethika) saja, karena Kung Fu Tzu sendiri menghindarkan diri untuk berbicara tentang alam gaib. Akan tetapi R.E Hume, Ph.D. dalam bukunya The World`s Living Religions Edisi 1950 menjelaskan bahwa sistem ajaran Kung Fu Tzu itu mengenal pengakuan terhadap kodrat maha Agung (Supreme Being), serta mempercayai pemujaan terhadap arwah Nenek Moyang (Ancetors-Worship), juga mengajarkan tata tertib Kebaktian. dengan landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Kung Fu Tze termasuk kepada ajaran keagamaan.
Kung Fu Tze sendiri menghindarkan diri untuk berbicara tentang alam gaib dan kodrat gaib. Didalam keseluruhan himpunan klasik, yang langsung ditulis oleh Kung Fu Tze, Cuma satu kali saja dijumpai sebutan Shang Ti (Yang Maha Kuasa) dan itupun didalam baris sajak, (Shih Ching, 20 : 1).
      Akan tetapi dibalik itu memang dia banyak mempergunakan sebutan Tien, yang artinya Langit (Heaven). “Guru berkata mengakui dan mentaati ketetapan-ketetapan langit akan mustahil menjadi manusia sempurna”. (20 : 1,2,3).
      Dengan sebutan langit (Tien, Heaven) itu dipahamkan suatu kodrat yang menguasai perwujudan alam dan kehidupan manusiawi.
      Kung Fu Tze, dengan begitu mengakui perwujudan alam gaib dan kodrat gaib yang bersidat menentukan kehidupan manusiawi. Tetapi dia sendiri tidak melakukan pembahasan tentang alam gaib maupun kodrat gaib itu.
      Pemujaan resmi terhadap Penguasa Maha Agung (Supreme Ruler) di langit itu langsung diselenggarakan oleh penguasa agung dibumi atas nama seluruh rakyat, yakni oleh kaisar-kaisar Tiongkok.
      Agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkiarakan dan ditetapkan. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).

Ajaran Tentang Keimanan 
Dalam agama Kong Hu Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)[5]
      Keimanan kaum Kong Hu Cu (Konfusius) tidak lepas dari kitab suci agama itu sendiri yang diyakini ditulis oleh Konfusius sendiri yaitu :
  1. Shu Ching, Buku tentang sejarah. Aslinya mengandung 100 dokumen sejarah sejarah dinasti-dinasti kuno Cina dan mencakup suatu periode yang dimulai dari abad ke-24 S.M. sampai abad 8 S.M. Konfusius dikatakan telah menyusun dokumen-dokumen ini secara kronologis dan menulis kata pengantarnya. Dokumen ini tercampur dengan ajaran-ajaran agama dan moral.
  2. Shing Ching, yaitu buku tentang puisi, yaitu kumpulan sajak-sajak yang popular yang ditulis lima ratus tahun pertama dari dinasti Chan.
  3. Yi Ching, Buku tentangperubahan-perubahan. Buku ini mengemukakan system yang sangat fantastis menyangkut filsafat dan menjelaskan apa yang disebut dengan prinsip Yin (wanita) dan Yang (pria).
  4. Li, Chi, buku tentang upacara-upacara. Konfusius menyetujui beberapa upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawakehalusan budi, keagungan dan kesopanan kedalam tingkah laku sosial mereka.
  5. Yeo, buku tentang music. Pada zaman konfusius music berhubungan erat dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan sajak-sajak kuno ia juga menyusun pasangannya berupa music untuk setiap sajak yang telah diseleksinya.
  6. Chu`un Ch`ii, tentang sejarah musim semi dan musim rontok, yaitu catatan kronologis tentang peristiwa-peristiwa di negri Lu mulai tahun pertama pemerintahan pangeran Yiu (722 S.M) hingga tahun keempat belas dari pemerintahan pangeran Ai (481 S.M).
Ajaran Tentang Hidup Setelah Mati 
Menurut kepercayaan, ibu-bapa yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Perembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang sakral.
Karakteristik umum dalam agama orang Cina pada masa Konfusius adalah penyembahan leluhur. Penyembahan leluhur adalah pemujaan roh-roh orang mati oleh kerabatnya yang masih hidup. Mereka percaya bahwa kelanjutan kehidupan roh-roh leluhurnya tergantung dari perhatian yang diberikan oleh para kerabatnya yang masih hidup. Mereka juga menyakini bahwa para roh tersebut dapat mengendalikan peruntungan keluarga.
C. Bush menyatakan:
“Penyembahan leluhur oleh keluarga kerajaan dan rakyat jelata mengungkapkan beberapa alasan mengapa mereka melakukannya. Mereka ingin para leluhur dapat hidup di luar kubur, menjalani hidup sama seperti bagaimana mereka hidup di bumi; oleh karena itu, yang masih hidup mencoba untuk memberikan apapun yang sekiranya diperlukan. Alasan kedua adalah bahwa jika mereka tidak diberi makanan, senjata, dan perlengkapan yang diperlukan untuk bertahan hidup di luar sana, para leluhur dapat mendatangi mereka sebagai hantu dan membawa masalah bagi yang hidup. Hingga kini, orang Cina merayakan "Festival Hantu Lapar", menaruh makanan dan anggur di depan rumah untuk memuaskan roh leluhur atau hantu yang tidak diperhatikan keturunannya yang kemudian menghantui. Motif ketiga adalah untuk memberitahu para leluhur apa yang terjadi pada masa kini, dengan harapan para roh leluhur itu, entah bagaimana caranya, mengetahui bahwa semuanya baik-baik saja sehingga mereka dapat hidup dengan damai. Dan alasan terakhir, pemujaan roh leluhur menunjukkan harapan bahwa para leluhur akan memberkati keluarga yang masih hidup, dengan anak-anak, kemakmuran, keharmonisan, dan segala yang berharga. (Richard C. Bush, The Story of Religion in China, Niles, IL: Argus Communication, 1977, hal. 2)”[8]

Riwayat Hidup Khonghucu



  • Masa Kecil dan Masa Muda Khonghucu
Khonghucu (Confusius) lahir d kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah K’ung Fangshu (yang merupakan generasi kesembilan dari raja muda negeri Sung dan generasi keempat sebelum Khonghucu). Fangshu adalah ayah Pohsia, dan Pohsia adalah ayah Siok- Liang Hut. Hut adalah ayah Khonghucu, istrinya berasal dari seorang wanita dari keluarga Yen. Murid – murid Khonghucu pada masa itu menyebutnya Khonghucu atau Khongcu yang berarti “guru Khong”. Sarjana – sarjana barat menyebutnya Konfucius.
Pada usia tujuh tahun Khonghucu secara formal bersekolah di perguruan Yan Ping Tiong[9] yan Ping Tiong adalah orang yamg kemudian terkenal sebagai Perdana Menteri Negari Cee. Di sekolah, Khonghucu dan teman – temannya diajari cara menyiram, membersihkan lantai, Tanya jawab, budi pekerti, music, naik kuda, memanah, bahasa, dan berhitung. Pendidikan formal Khonghucu hanya berlangsung selama tujuh tahun dan setelah itu ( pada saat usianya 15 tahun) ia terpaksa menuntut ilmu di luar sekolah. Oleh sebab itu, pada usianya 17 tahun ia terpaksa meninggalkan sekolah untuk bekerja demi meringankan pekerjaan ibunya.
Pada usia 19 tahun, Khnghucu menikah dengan seorang gadis dari keluarga Kian- Kwan dari negeri Song. Acara pernikahan hanya dilakukan secara sederhana dan tidak terlalu mencolok seperti yang dilakukan orang orang pada saat itu. Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan seorang anak laki – laki yang diberi nama Li atau Pik Gi. Li berarti Ikan Gurami, sedangkan Pik Gi adlah putra pertama yang bernama ikan. Pik Gi tampaknya tidak secemerlang ayahnya, namun anaknya (cucu Khonghucu) yang bernama Cu su  berhasil meneruskan ajaran kakeknya (Khonghucu) dengan membukukan kitab Tiong Yong (tengah sempurna).
Ketika Khonghucu berusia 20 tahun, ia bekerja pada keluarga bangsawan besar Kwi-sun. hal ini ia lakukan untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.
Di keluarga bangsawan besar Kwi-sun, Khonghucu diberi tugas sebagai kepala dinas pertanian. Meskipun pekerjaan ini kurang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, namun Khonghucu tetap dapat melaksanakan tugas itu sebaik- baiknya.
Dalam mengawasi seluruh pekerjaan pengumpulan hasil bumi keluarga bangsawan besar Kwi-sun, Khonghucu selalu menjaga jangan sampai ada kecurangan dan pemerasan yang dapat merugikan para petani. Karena sikapnya yang ramah ini, ia jadi banyak  tahu tentang persoalan yang dihadapi oleh para petani tersebut.
  •  Karir Sebagai Guru
Konfusius diterima dengan hormat oleh para penguasa negara-negara yang ia kunjungi, dan ia bahkan tampaknya telah menerima pembayaran sesekali. Ia menghabiskan banyak waktunya mengembangkan gagasannya tentang seni pemerintahan, serta melanjutkan ajarannya. Dia memiliki banyak pengikut, dan pemadatan sekolah Konfusianisme mungkin terjadi selama bertahun-tahun. Tidak semua murid-Nya mengikuti Dia dalam perjalanan. Beberapa dari mereka benar-benar kembali ke Lu dan mengambil posisi dengan klan Chi. Ini mungkin telah melalui pengaruh mereka bahwa dalam 484 SM Konfusius diundang kembali ke Lu.
  • Keberhasilan Khonghucu dalam Memimpin
Khonghucu tidak hanya teguh dalam pendiriannya, menjadi teladan bagi semua orang, jujur, hidup sederhana, memberikan nasehat pada orang lain, dan selalu berada di jalan suci, tapi juga bnerhasil menegakkan program pemerintah, sehingga dalam waktu yang begitu cepat, ia dapat menciptakan masyarkat adil dan makmur. Semua golongan masyarakat memperoleh pekerjaan dan pendidikan yang dapat dirasakan oleh seluruh golongan masyarakat. Untuk itu, dalam waktu yang relative singkat dapat dibangun kesadaran moral yang tinggi, tidak penipuan, pemalsuan, korupsi dan sebagainya. Dengan demikian, wajarlah jika daerah Tiongto yang dipimpin oleh Khonghucu menjadi darah teladan. Dengan kenberhasilannya itu, Khonghucu diangkat menjadi gubernur di daerah Tiongto.

 Kitab Suci Agama Konghucu (Ngo King, Su Si dan Hau King)
1.    SU SI / Shi Su / Empat Buku Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau.
Terdiri dari :
  • KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar.     Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan Kitab Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam kehidupan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia.
  • KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna.     Ditulis oleh Cu Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu.yang kemudian disusun lagi oleh Zi Hi.Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf.Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.[17]
  • KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci. Merupakan kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para pengikutnya setelah Khonghucu wafat. Kitab ini ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi’I, dan versi Lu. Yang kebanyakan dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-beda.
  • KITAB BINGCU / Mencius / Kitab Bingcu. Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya.Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf. Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dalam menjalankan kehidupan masa itu dengan menegakkan ajaran – ajran Khonghucu. Pendirian Bing Cu adalah mengungkapkan cinta kasih dan kebenaran, menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui Tuhan Ynang Maha Esa (Thian).
2.        NGO KING (Lima Kitab)
Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu.
  • SIE KING / SHI JING / KITAB SAJAK 
kitab ini terdiri dari 39.222 huruf yang berisikan kumpulan sajak ata nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang berasal dari berbagai negeri, sajak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian untuk upacara istana dan nyanyian untuk mengiringi uapacara ibadah, yaitu:Kok Hong ( Nyanyian Rakyat ), Siau Nge ( Pujian kecil ), Tai Nge (pujian besar), dan Siong ( Pemujaan / Puja ).

  • SU KING / Shu Jing / Kitab Hikayat     kitab ini berisikan teks – teks dokumentasi sabda, peraturan, nasehat, maklumat para Nabidan raja – raja suci purba. Kitab yang tertua ber sal dari zaman sekitar abad ke-23 S.M. dan yang terakhir berasal dari zaman pertangahan dinasti Ciu, sekitar abad ke-6 S.M.
  • YA KING / Yi Jing / I Ching / Kitab Perubahan.
     kitab ini emgemukakan tentang system filsafat yang fantastis, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).[26]
  • Li Chi / buku tentang upacara – upacara. 
     Konfusius menyetujui beberpa upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawa kehalusan budi, keagungan dan kesopanan ke dalam tingkah laku social mereka. Ia menyoroti asal – usul dan pentingnya upacara – upacara kuno dan mengingatkan bahwa Li adalah suatu pernyataan perasaan. Dengan mengkritik praktek –praktek yang merendahkan derajat, ia menyatakan bahwa Li tanpa perasaan adalah tidak lain daripada upacara – upacara yang pura – pura saja.
  • Yeo / Buku tentang Musik
     Pada zaman Konfucius music berhubungan erat dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan sajak – sajak kuno, ia juga menyusun pasangannya berupamusik untuk setiap sajak yang telah diseleksinya. Ia juga mengubah lagu- lagu yang lama dan membuat komposisi baru.
  • Chu’un Ch’ii / Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok 
     Berisi catatan kronologis tentang peristiwa – peristiwa di negeri Lu mulai tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 S.M.) hingga tahun keempat belas dari pemerintahn Pangeran Ai (481 S.M). menurut Chu Chai, tema pokok kitab ini adalah menempatkan noram – norma pemerintahan yang baik, menetapkan kembali pangeran – pangeran yang merebut kekuasaan di tempat mereka semula dan menghukum menteri – menteri yang berbuat salah sehingga perdamaian dunia dan persatuan dapat dipulihkan.
3.        HAUW KING / Xiao Jing / Kitab Bakti.
Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri dari 18 Bab. Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan.
Zaman dahulu, seorang murid wajib memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru kemudian belajar Su Si dan terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian / Himpunan Kitab ( atau yang dikenal sebagai Ngo King).[28]